17/12/11

ASKEP KATARAK

BAB I

TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT KATARAK



A.   Definisi

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjala progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai.

B.   Klasifikasi

      Katarak Kongenital         : Katarak yag sudah terlihat pada usia di bawah

                                            1 tahun

      Katarak Juvenil              : Katarak yang terjadi sesudah usia 2 tahun

      Katarak Senil                 : Katarak setelah usia 50 tahun

      Katarak Trauma             : Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata

C.   Etiologi

      a. Usia lanjut

      b. Kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin

      c. Trauma mata tajam/tumpul

      d. Kelaian sistematik metabolik

      e. Terapi kortikosteroid

      f.  Pemajanan radiasi, sinar UV
D. Patofisiologi
Sinar radiasi, VVB, alkohol, merokok, diabetes,
penuaan, asupan vit antioksidan yang berkurang dalam jangka waktu lama

Perubahan fisik dan kimia

Koagulasi dan hilangnya transparansi

Kabur pandangan

Menghambat jalannya cahaya ke retina 
Katarak
e.   Manifestasi Klinis
      Katarak didiagnosa dengan gejala subjektif, biasanya klie melaporkan ketajaman dan   silau. Temuan objektif meliputi penyembuhan seperti mukosa keabuan pada pupil            sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop pupil yang normalnya akan                   tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
F.   Penatalaksanaan
      Pembedahan dengan 2 macam teknik pembedahan
      1. Teknik ekstraksi intrakapsuler
      2. Teknik ekstraksi ekstrakapsuler
      Teknik yang sering dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsuler dimana isi lensa  dikeluarkan melalui pemecahan/perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut.
G.   Pencegahan
      Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C,  vit A, dan vit E.

H.    Pengobatan
      Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan, yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca   operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
      Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyakit seperti glaukoma atau uveitis.
      Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga   korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan teknik ini dapat timbul penyakit katarak sekunder. Dengan teknik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul          dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, katarak  imatur, yang masih memiliki zona zinn. Dapat pula dilakukan teknik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi      nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
I.   Evaluasi Diagnostik
      -   Kemoterapi
      -   Pemeriksaan lampu slit
      -   Oftalmoskopis
      -   A-scan ultrasound
      -   Perhitungan selendotel untuk fakoemulsifikasi dan implantasi
J.   Komplikasi
      -   Kerusakan endotel kornea
      -   Sumbatan pupil
      -   Glaukoma
      -   Perdarahan
      -   Fistula luka operasi
      -   Edema macula sistoid
      -   Pelepasan koroid
      -   Eveitis
      -   Endoptalmitis



BAB II



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DENGAN



PENYAKIT KATARAK
A.   Pengkajian
      1.   Anamnesa
            a. Identitas klien
            b. Identitas penanggung jawab
    
2.   Keluhan Utama
            Klien mengeluh bahwa penglihatannya kabur.
      3.   Riwayat Penyakit Sekarang
            Klien menderita katarak.
      4.   Riwayat Penyakit Dahulu
            Klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami penyakit hipertensi.
      5.   Riwayat Penyakit Keluarga
            Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.
      6.   Riwayat Pengobatan
            Dirawat di RRI Penyakit Dalam RS Ibnu Sutowo dengan keluhan hipertensi.
      7.   Pola Kebiasaan
            a. Pola pemeliharaan kesehatan
                Seluruh kebutuhan kesehatan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
           

            b. Pola aktivitas
                Dalam aktivitas, klien dibantu oleh keluarganya. Skala aktivitas : ketidakmampuan                                  melihat dengan jelas.
            c. Pola nutrisi
                Klien mendapatkan diet NBTKTP (Nasi Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein).
                Klien menghabiskan makanan yang diberikan.
            d. Pola istirahat dan tidur
                Klien mengalami insomnia.
            e. Pola eliminasi
                Tidak ada gangguan dalam pola eleminasi.
            f.  Pola psikososial
                Hubungan dengan keluarga kurang harmonis.

B.   Pemeriksaan Fisik
      1.   Keadaan Umum Klien
            Kesadaran   : Klien sadar
            Vital sign     :
            TD      : 170/100 mmHg
            Pols    : 90 x/mnt
            RR      : 20 x/mnt
            Temp  : 36,4 0C
      2.   Pemeriksaan Sistematis (Head to Toe)
            Kepala        : Kulit kepala   : Tidak terdapat lesi
                                Rambut         : Warna dan tekstur normal
            Mata           : Konjungtiva    : Kering
                                Kondisi mata : Kedua mata berwarna putih pada bagian kornea
            Bibir            : Mukosa         : Lembab
                                Kebersihan    : Baik
            Thoraks       : Normal
            Abdomen    : Normal
            Kulit            : Warna           : Normal
                                Turgor           : Baik
                                Integritas       : Baik           
            Ekstremitas : Atas             : Normal
                                Bawah          : Normal
D.  Analisis Data
 
NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
1
Ds   :  Klien mengatakan takut
           karena matanya akan            dioperasi
Do   :  Klien tampak cemas
Sinar radiasi, alkohol, diabetes, penuaan

Perubahan fisik dan kimia

Koagulasi dan hilangnya transparansi

Menghambat jalannya cahaya ke retina

Kabur pandangan

Katarak

Perubahan ketajaman penglihatan

Ansietas
Ansietas
2
Ds   :  -
Do   :  Dalam beraktivitas,
           klien dituntun oleh               keluarganya
Sinar radiasi, alkohol, diabetes, penuaan

Perubahan fisik dan kimia

Koagulasi dan hilangnya transparansi
 

Menghambat jalannya cahaya ke retina
 

Kabur pandangan


 

Katarak

Perubahan ketajaman penglihatan
 

Resiko terhadap cedera
Resiko terhadap cedera
3
Ds   :  Klien mengatakan tidak
           tahu mengenai tanda            dan gejala bila terjadi            komplikasi
Do   :  -
Sinar radiasi, alkohol, diabetes, penuaan

Perubahan fisik dan kimia


 

Koagulasi dan hilangnya transparansi
 

Menghambat jalannya cahaya ke retina

Kabur pandangan


 

Katarak

Kerusakan penglihatan


 

Potensial terhadap kurangnya perawatan
Potensial terhadap kurangnya perawatan
NURSE CARE PLAN
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
Ds  : Klien
mengatakan takut karena matanya akan dioperasi
Do  : Klien tampak cemas
Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak merasa cemas lagi
- Jelaskan pada klien tentang tindakan operasi yang akan dilakukan

- Ajarkan keluarga untuk memberi semangat atau motivasi
- Dorong klien untuk mengatasi masalah dan untuk mengespresikan perasaannya
Ds  : -
Do  : Dalam beraktivitas, klien dituntun oleh keluarganya
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami cidera
- Bantu klien untuk mampu melakukan ambulasi

- Bantu klien menata lingkungan


- Orientasikan klien pada ruangan

- Bahas perlunya penggunaan kacamata bila diperintahkan
Ds  : Klien mengatakan tidak tahu mengenai tanda dan gejala bila terjadi komplikasi
Do  : -
Potensial terhadap kurangnya perawatan berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Klien mampu mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Berikan instruksi kepada klien atau orang terdekat mengenai yanda dan gejala komplikasi yang harus dlaporkan segera kepada dokter
- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk klien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar memberikan obat. Diskusikan indikasi penggunaan obat begitu pula respon normal dan abnormalnya. Sarankan metode identifikasi wadah (tutup merah, label hijau)
- Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan. Yakinkan tersedianya bantuan dari orang terdekat atau merancang untuk rujukan yang perlu

- Ajari klien dan keluarga teknik panduan penglihatan


30/11/11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN HIPERPARATIROID


A.   DEFENISI
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis. Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath, 2001)
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 2).
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat. (www.endocrine.com)
Jadi Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. Dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.

B.      ETIOLOGI
Menurut Lawrence Kim, MD. 2005,etiologi hiperparatiroid yaitu:
1.    Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
2.  Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau     hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainny
3.   Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.
4.  Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang   multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.


C.   KLASIFIKASI
1. HIPERPARATIROID PRIMER
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai
konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium.
Penderita hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak 10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko batu ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan, resiko menjadi hilang.
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia). Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.
Hiperparatiroidisme primer ditandai dengan : peningkatan kadar hormon hiperparatiroid serum, peningkatan kalsium serum dan penurunan fosfat serum.
Pada tahap awal, pasien asimtomatik, derajat peningkatan kadar kalsiumserum biasanya tidak besar, yaitu antara 11-12 mg/dl (normal, 9-11 mg/dl. Pada beberapa pasien karsinoma paratiroid, kadar kalsium serum bisa sangat tinggi (15-20mg/dl). Salah satu kelemahan diagnostik adalah terjadinya penurunan bersihan fragmen akhir karboksil PTH pada pasien gagal ginjal, menyebabkan peningkatan palsu kadar PTH serum total. Penetuan PTH amino akhir atau PTH utuh direkomendasikan untuk menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal.
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak hormon paratiroid.
Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan penilaian yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes yang lain sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya kadar hormon paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan kalsium, dan pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan resiko fraktura. Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal.
Penyembuhan
Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalahpenyembuhan utama untuk 95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan, berikut ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:
a. Memaksakan cairan
b. Pembatasan memakan kalsium
c. Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan
l   arutan ga5ram normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.
d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.
e. Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)
f. Operasi paratiroidektomi
g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya

2. HIPERPARATIROID SEKUNDER
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena kekurangan vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5) Hipersekresi hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium terionisasi didalam serum. (Clivge R. Taylor, 2005, 780).
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat kelenjar yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada sebagian besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak mengalami peningkatan. Kadang-kadang, terjadi overkoreksi dan kadar kalsium serum melebihi normal; pasien kemudian dapat mengalami gejala hiperkalsemia.  
Pada keadaan gagal ginjal, ada banyak factor yang merangsang produksi hormon paratiroid berlebih. Salah satu faktornya termasuk hipokalsemia, kekurangan produksi vitamin D karena penyakit ginjal, dan hiperpospatemia. Hiperpospatemia berperan penting dalam perkembangan hyperplasia paratiroid yang akhirnya akan meningkatkan produksi hormon paratiroid.
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi  adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara langsung.
Hiperparatiroidisme sekunder biasanya disertai dengan penurunan kadar kalsium serum yang normal atau sedikit menurun dengan kadar PTH tinggi dan fosfat serum rendah. Perubahan tulang disebabkan oleh konsentrasi PTH yang tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme primer.B eberapa pasien menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan dapat mengalami semua komplikasi ginjal, vaskular, neurologik yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk perawatan hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting.Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroidisme juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.

3. HIPERPARATIROID TERSIER
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid karena hiperkalsemia.  
Hiperparatiroidisme tersier paling umum diamati pada pasien penderita hiperparatiroidisme sekunder yang kronis dan yang telah menjalani cangkok ginjal. Kelenjar hipertrophied paratiroid gagal kembali menjadi normal dan terus mengeluarkan hormon paratiroid berlebih, meskipun kadar cairan kalsium masih dalam level normal atau bahkan berada diatas normal. Pada kasus ini, kelenjar hipertropid menjadi autonomi dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah penekanan kadar kalsium dan terapi kalsitriol. Penyakit tipe ketiga ini sangat berbahaya karena kadar phosfat sering naik.
Manifestasi klinis dari hiperparatiroidisme tersier meliputi hiperparatiroidisme yang kebal setelah pencangkokan ginjal atau hiperkalsemia baru pada hiperparatiroidisme sekunder akut.
Pengobatan penyakit hiperparatiroidisme tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid


E.  DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH
1.       Timbulnya batu ginjal
2.    obstruksi saluran kemih
3.    nyeri pada tulang dan sendi
4.    nyeri kulit karena adanya pruritus
5.    timbulnya konjungtivitis dan keratopaty pada mata
6.    perubahan mental dan penurunan daya ingat


F.  MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan pasien dengan hiperparatiroidisme adalah asimtomatik. Manifestasi utama dari hiperparatiroidisme terutama pada ginjal dan tulang. Kelainan pada ginjal terutama akibat deposit kalsium pada parenkim ginjalatau nefrolitiasis yang rekuren. Dengan deteksi dini, komplikasi ke ginjal dapat berkurang pada ± 20 % pasien.B atu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien episode berulang dari nefrolitiasis atau pembesaran kalikuli ginjal dapat mengawali obstruksi traktus urinarius, infeksi, gagal fungsi ginjal. Nefrolitiasis juga menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan retensi fosfat.
Manifestasi ke tulang dari hiperparatiroidisme adalah osteitis fibrosa cystica. Osteitis fibrosa cystica sangat jarang terjadi pada hiperparatiroidisme primer. Secara histologis, gambran patognomonik adalah peningkatan giant multinukleal osteoklas pada lakuna Howship dan penggantian sel normal dan sumsum tulang dengan jaringan fibrotik. Pada pasien disertai dengan gejala disfungsi sistem saraf pusat, nervis dan otot perifer, traktus gastrointestinal, dan sendi. Manifestasi dari neuromuscular termasuk tenaga otot berkurang (paroxysmal muscular weakness), mudah lelah, dan atrofi otot yang mungkin menyolok adalah tanda kelainan neuromuscular primer.
Manifestasi pada traktus gastrointestinal kadang-kadang ringan dan termasuk kelainan abdominal yang agak susah didiagnosis, kelainan lambung dan pancreas.Pada MEN 1 pasien dengan hiperparatiroidisme ulkus duodenum mungkin akibat dari tumor pancreas yang meningkatkan jumlah gastrin Khondrokalcinosis dan pseudogout frekuensinya kurang pada hiperparatiroidisme yang di skrining dari beberapa pasien. Efek dari hiperkalsemia adalah sebagai berikut:
a. Sistem saraf pusat: Perubahan mental, penurunan daya ingat, emosional tidak
 stabil, depresi, gangguan tidur, koma.
b. Neuromuscular: Tenaga otot berkurang (paroxysmal muscular weakness), rasa
    sakit pada sendi dan otot akibat penimbunan kalsium, pruritus, dan pergerakan
    tangan yang abnormal pada saat tidur.
c. Gastrointestinal: Ulkus peptikum, pankreatitis, nausea, vomiting, reflux, dan
    kehilangan nafsu makan.
d. Kardiovaskular: Hipertensi.
e. Mata: Konjunctivitis, keratopathy.
f. Kulit: Pruritus.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.  Laboratorium:
a. Kalsium serum meninggi
b. Fosfat serum rendah
c. Fosfatase alkali meninggi
d. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
2.  Foto Rontgen:
a. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
b. Cystic-cystic dalam tulang
c. Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
3.  USG, MRI, pemindai thallium serta biopsy jarum halus telah digunakan untuk menentukan lokasi kista. Adenoma serta hiperpiasi pada kelenjar paratiroid.
4.  Radioimmunossay untuk parathormon sangat sensitive dan dapat membedakan hiperparatiroidsme primer dengan penyebab hiperkalsemia lainnya pada lebih dari 90% pasien yang mengalami kenaikan kadar kalsemia.

H.  PENATALAKSANAAN MEDIS
  1. Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
  2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi dengan infuse Sodium chloride per os.
  3. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol / L):
  4. Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
  5. Forced diuresis dengan furosemide
  6. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kgB B sebagai bolus atau infus perlahn-lahan (1-2 kali seminggu)
  7. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
  8. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.

  1.  Pencegahan Komplikasi
·      Minum banyak cairan, khususnya air putih. Meminum banyak cairan dapat
·      mencegah pembentukan batu ginjal.
·         Latihan. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuatn dan
·      memperlambat pengraphan tulang.
·      Penuhi kebutuhan vitamin D. sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi minimal vitamin D yang harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International Units (IU).   Setelah berusisa lebih dari 50 tahun, asupan vitamin D harus lebih tinggi, sekitar 400-800 IU perhari.
·         Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan pengrapuhan tulang seiring
·      meningkatnya masalah kesehatan, termasuk kanker.
·         Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. kondisi   tertentu seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium  dalam darah meningkat