28/11/11

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ALZHEIMER

A.      PENGERTIAN

Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan.
b.      ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolism energy, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

Terdapat  tiga teori utama mengenai penyebabnya, yaitu :
1.       Virus lambat
Merupakan teori yang paling popular (meskipun belum terbukti). Adalah yang berkaitan dengan virus lambat. Virus ini mempunyai masa inkubasi     2-30 tahun sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati viral ditandai oleh perubahan patologis yang menyerupai plak senilis pada penyakit Alzheimer.
2.       Proses  autoimun
Berdasarkan pada adanya peningkatan antibodi-antibodi  reaktif taerhadap otak pada penderita Alzheimer . ada dua type amigaloid (suatu kompleks protein dengan cirri seperti pati yang diproduksi dan dideposit pada keadaan-keadaan patologis tertentu ). Yang satu kompos isinya terdiri atas rantai-rantai  lgG dan yang lainnya tidak diketahui. Teori ini menyatakan bahwa kompleks antigen-antibodi dikatabolisir oleh fagosir dan fragmen-fragmen immunoglobulin di dalam lisosom, sehingga terbentuk deposit amigaloid ekstraseluler.
3.       Keracunan aluminium
Menyatakan bahwa karena keracunan aluminium bersifat neurotoksik, maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit  aluminium telah diidentifikasi pada beberapa klien dengan penyakit Alzheimer, tapi beberapa perubahan patologis yang menyertai penyakit.
C .KLASIFIKASI
-          Alzheimer yang disertai demensia.
-          atau kombinasi keduanya.
GEJALA SIMTOMA KLINIS
gejala-gejala demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan sampai berat. Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah :
  • Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air,
  • Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
  • Kesulitan bicara dan berbahasa
  • Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat.
  • Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
  • Kesulitan berpikir abstrak seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
  • Salah meletakkan barang
  • Perubahan mood dan perilaku seperti; menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
  • Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut perawat ke mana saja walaupun ke WC.
  • Hilangnya minat dan inisiatif.
Orang yang sakit juga kadangkala akan berjalan ke sana sini tanpa sebab dan pola tidur mereka juga berubah. Orang yang sakit akan lebih banyak tidur pada waktu siang dan terbangun pada waktu malam.
Secara umum, orang sakit yang didiagnosis mengidap penyakit ini meninggal dunia akibat radang paru-paru atau pneumonia. Ini disebabkan, pada waktu itu orang yang sakit tidak dapat melakukan sembarang aktivitas lain.

SIMTOMA PARAKLINIS
Pada otak penderita Alzheimer, ditemukan:
  • penumpukan peptida dengan panjang 42-43  yang disebut amiloid-beta dikelilingi neurita distrofis. Amioid beta merupakan protein iris dari APP (amyloid precursor protein)
  • filamen PH yang menumpuk di dalam soma.
  • suatu lesi yang disebut badan Lewy.
  • rasio proNGF yang tinggi. ProNGF merupakan prekursor hormon NGF yang sering juga ditemukan memiliki rasio tinggi pada manusia berusia lanjut
  • rasio protein S100 -beta yang tinggi, sebuah protein yang selalu dijumpai pada fasa perkembangan neurita. Interaksi antara protein S100-beta dan dianggap merupakan simulator perkembangan neurita.
  • tingginya rasio kemokina CCL2 yang merupakan kemotaksis utama dari monosit.
  • gangguan metabolisme glukosa serebral pada area hipokampal, dan hilangnya neurotransmitter kolinergic kortikal,dan rendahnya laju O-GlkNAsilasi pada otak kecil.  O-GlkNAsilasi adalah salah satu proses glikosilasi modifikasi paska-translasi dari protein nukleositoplasma dengan beta-N-asetil-glukosamina yang bergantung pada metabolisme glukosa.
  • defisiensi CD36 atau EAAT.
. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH

Pasien dengan penyakit alzheimer, selama stadium dini, pasien tidak bergejala namun mengalami pengurasan kapasitas dalam penyelesaian masalah, keterbatasan kemampuan untuk mengatasi situasi yang kompleks dan berfikir abstrak, emosi yang labil, pelupa, dan hilangnya memori ynag terbaru. Bersamaan dengan berkembangnya penyakit, perilaku pesien menjadi lebih tidak menentu dan aneh dengan kecendrungan sering marah yang meledak – ledak. Selama stadium akhir penyakit kemampuan pasien menjadi terbatas dan tidak mampu untuk mengurus kebutuhan dasar mereka atau untuk mengenali anggota keluarganya. Kemetian biasanya disebabkan oleh malnutrisi dan infeksi.

F . MANIFESTASI KLINIS
Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer ‘s Association (2003), dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun) Lebih sering binggung dan melupakan informasi yang baru dipelajari Diorintasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya mudah tersinggung,mudah menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan menuduh pasangannya tidaj setia lagi/selingkuh.
b. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun) Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari –hari seperti makan dan mandi Perubahan tingkah laku misalnya : sedih dan emosi Mengalami gangguan tidur Keluyuran Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama, hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui.)
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun) Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan napsu makan, menurunya berat badan Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau mudah mengamuk.


G. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr). Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh (Jerins 1937) Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari:
a. Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat pada neokorteks, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit alzheimer, juga ditemukan pada otak manula, down syndrome, parkinson, SSPE, sindroma ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
b. Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.

c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.

2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia.Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena:
a. Adanya defisit kognisi yang berhubungan dgndemensia awal yang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dangangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.The Consortium to establish a Registry for Alzheimer Disease (CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian neuropsikologis dengan mempergunakan alat batrey yang bermanifestasi gangguan fungsi kognitif, dimana pemeriksaannya terdiri dari:
1.
Verbal fluency animal category
2. Modified boston naming test
3. mini mental state
4. Word list memory
5. Constructional praxis
6. Word list recall
7. Word list recognition Test ini memakn waktu 30-40 menit dan <20-30>
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala klinik danhasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. Seab et al, menyatakan MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin,
7. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif.
H. MANAJEMEN MEDIK
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori danapraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti menatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.


2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5. Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif
 
I.     KOMPLIKASI
·      Infeksi
·      Malnutrisi
·      Kematian

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ALZHEIMER

no
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
intervensi
rasional
implementasi
Evaluasi
1.
Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria   hasil :
-  Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
-  Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
-  Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat
-  Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur
-  Anjurkan latihan saat siang hari dan turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
- .Berikan makanan kecil sore hari,
- kurangi minum yang banyak di sore hari.
- Anjurkan klien untuk mendengarkan  musik yang lembut
Kolaborasi
  1. Berikan obat sesuai indikasi :
-   Antidepresi, seperti ;amitriptilin (elavil), doksepin (senequan), trasolon (desyrel)
-   Oksazepam (serax), triazolam (halcion)
Hindari penggunaan difenhidramin (benadryl)
- Hambatan kortikal pada informasi reticular akan berkurang selama tidur, meningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur
- Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan , aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur
- Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
- .Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari
- Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur.
Kolaborasi
1.Efektif menangani pseudodemensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi antikolinergik dapat mencetuskan bingung, memperburuk kognitif dan efek samping hipotensi ortostatik Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah efektif mengatasi insomnia
Kontraindikasi karena mempengaruhi produksi assetilkolin yang sudah dihambat dalam otak.
-  menjaga ketenangan pasien dengan menghindarkan kebisingan, mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai
-  anjurkan keluarga untuk melatih ingatan pasien
-  Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung
-   Turunkan jumlah minuman sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
- berikan music yang lembut, agar klien merasa tenang

S : klien mengatakan istirahatnya terganggu.
O : pola tidur tidak adekuat
A : -
P : -
I : - Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur
- Berikan makanan kecil sore hari.
- Antidepresi, seperti ;amitriptilin (elavil), doksepin (senequan), trasolon (desyrel)

-   Oksazepam (serax), triazolam (halcion)
Hindari penggunaan difenhidramin (benadryl)
E : -

 
2.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan  terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil:
-  klien tampak bersih dan segar
- klien tidak pucat.
-Identifikasi kesulitan berpakaian/perawatan diri,
- Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

- Rencanakan tindakan untuk defisit motorik
- Kaji kemampuan komnikasi untuk BAK.
- Identifikasi kebiasaan BAB . anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
Kolaborasi :
  1. Pemberian suppositoria dan pelumas faeces / pencahar.
Konsul ke dokter terapi okupasi.
-Memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi/ strategi
-Sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan.

-Mempertahankan kebutuhan rutin dapat mencegah kebingungan yang semakin memburuk dan meningkatkan partisipasi pasien.
-Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
-Klien akan mampu melakukan aktivitas sendiri untuk memenuhi perawatan dirinya.
-Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengososngan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
-Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi
Kolaborasi :
  1. Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau BAB
Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
- anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam perawatan diri. Misalnya : berpakaian, perawatan diri (menggunting kuku, gosok gigi , dll)
-  tempatkan makanan dan peralatan di dekat klien agar mampu sendiri mengambilnya.
-  Kemampuan menggunakan urinal pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan .

S : klien mengatakan kesulitan dalam pemenuhan perawatan diri.
O : klien tampak tidak terawat.
A : -
P : -
I : - Identifikasi kesulitan berpakaian/perawatan diri,
- Rencanakan tindakan untuk defisit motorik
- Pemberian suppositoria dan pelumas faeces / pencahar.
Konsul ke dokter terapi okupasi.
E : -
3.
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan sensori, mudah lupa
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria hasil :-       Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang
-   Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
  Klien dapat mengubah pola asupan yang benar
- Kaji pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan
- Usahakan/ berikan bantuan dalam memilih menu
- Berikan makanan selingan pada klien.
Kolaborasi
Rujuk atau konsultasikan dengan ahli gizi

- Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan
- Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi
- Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
- Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan
Kolaborasi
Bantuan diperlukan untuk mengembangkan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan / makan yang disukai.


-  tanyakan pada keluarga/ klien tentang makanan yang di sukai pasien.
-  Berikan makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan
-  Hindari makanan yang terlalu panas

S : klien mengatakan sudah makan saat  klien belum makan.
O : â pada BB klien.
A : -
P : -
I : - Kaji pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan
- Berikan makanan selingan pada klien.
- Rujuk atau konsultasikan dengan ahli gizi
E : -



4.
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang percaya diri
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan diharapkan klien mampu melakukan interaksi social, dengan criteria hasil :
-  klien mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.
-  klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang orang.
- Beri individu hubungan suportif..
- Bantu menganalisis pendekatan yang berfungsi paling baik.
- mendorong indifidu untuk berinteraksi.
- Bantu anggota keluarga dalam memahami dan memberi dukungan.
-Agar individu terstimulasi untuk melakukan interaksi social.
- Agar klien mampu mengidentifikasi tindakan yang baik.
- Agar klien mampu melakukan interaksi dengan orang lain dengan baik.
- Untuk merangsang klien untuk menjawab pertanyaan perawat secara tidak langsung menstimulasi klien untuk berinteraksi.
Dukungan keluarga sangat membantu dalam melakukan interaksi social.
-  mensuport klien dengan memberikan motifasi dan semangat, bahwa ia biasa sembuh.
- bantu klien berinteraksi dengan klien.
- Gunakan pertanyaan dan observasi untuk mendorong individu dengan keterbatasan keterampilan interaksi.

- menjelaskan pada keluarga klien agar member dukungan dan dorongan pada klien untuk berinteraksi social.
S : klien mengatakan tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya.
O : klien tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan orang sekitarnya.
A : -
P : -
I : - Beri individu hubungan suportif..
- Bantu menganalisis pendekatan yang berfungsi paling baik.
- mendorong indifidu untuk berinteraksi.


- Bantu anggota keluarga dalam memahami dan memberi dukungan.
E : -





 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar